Friday, January 31, 2020

Proses Perubahan dan Pengembangan Kurikulum 6


Kelambanan perubahan dalam pendidikan

Terdapat beberapa penyebab kelambanan perubahan dalam dunia pendidikan. Pertama, pendidikan termasuk kurikulum belum cukup mempunyai dasar ilmiah. Sulit meramalkan dengan pasti apa yang akan terjadi bila dijalankan metode tertentu karena banyaknya variabel yang mempengaruhi hasil suatu tindakan pendidikan.
 Kedua, pendidikan termasuk kurikulum, tidak mempunyai petugas khusus yang bersedia memberi bantuan kapan saja diperlukan,
Ketiga, tak ada penghargaan khusus (insentif atau apa pun) bagi guru atau siapa saja yang mengadakan perbaikan, yang membedakannya dengan guru lain yang tidak melakukan perubahan apa-apa kecuali sekedar mengikuti tradisi atau kebiasaan.
Keempat, kebanyakan guru mempertahankan cara-cara lama yang telah teruji dan telah dikenalnya dengan baik dan dijalankan secara rutin.
Kelima, kurikulum yang uniform atau seragam menghambat ruang gerak guru untuk mengadakan perubahan dan menimbulkan kesan, seakan-akan setiap penyimpangan dari apa yang telah ditentukan dalam pedoman kurikulum akan dianggap sebagai pelanggaran.
Jadi dari kelima penyebab kelambanan perubahan dalam pendidikan dalam  pengawasan yang terlampau ketat dari atasan menghambat berkembangnya inisiatif dan kreativitas guru, serta menempatkannya sekadar menjadi tukang yang bekerja secara mekanis dan mengikuti rutinitas. Padahal, mengajar itu selalu merupakan suatu petualangan (adventure) penuh rahasia yang menarik untuk dipikirkan.

Proses Perubahan dan Pengembangan Kurikulum 5


Mengubah lembaga atau organisasi

Setiap organisasi mempunyai struktur sosial tertentu. Masing-masing orang mempunyai status dan  peran  tertentu yang  memberinya harga diri atau kekuasaan. Mengadakan perubahan dalam struktur  itu dapat mengancam kedudukan seseorang.
Menurut para ahli, rekayasa sosial (social engineering) dalam usaha mengadakan perubahan dapat dilalui empat langkah, yakni: menganalisis situasi, menentukan perubahan yang perlu diadakan, mengadakan perubahan itu, dan memantapkan perubahan itu. Sikap orang terhadap  perubahan  berbeda-beda. Ada yang dengan  mudah bersedia menerimanya, ada yang menentangnya terang-terangan atau diam-diam, ada pula yang tak acuh. Ada yang ikut-ikutan tanpa komitmen, dan ada pula yang ikut sekadar untuk mengamankan diri karena takut menghadapi sanksi. Dalam  menyebarkan perubahan perlu dicegah timbulnya polarisasi, yaitu pertentangan antardua pihak. Perubahan hanya dapat berhasil bila semua terlibat dan bekerja sama.

Proses Perubahan dan Pengembangan Kurikulum 4


Perubahan guru

Perubahan  kurikulum  tak akan dapat dilaksanakan tanpa adanya perubahan pada diri guru karena gurulah kunci dari keberhasilan sebuah inovasi kurikulum. Umumnya guru tidak mudah berubah karena kebiasaan lama itu sudah membuatnya aman dan nyaman. Suatu perubahan kerap dipandang sebagai persoalan baru yang mengharuskan guru memulai lagi, belajar lagi, mengujicobakan lagi, dan peerilaku lain yang menghadapkannya pada situasi baru.
Namun, apabila perubahan itu disadari oleh guru sebagai sebuah kebutuhan untuk mengatasi masalah dan  kekurangan yang dimilikinya, maka tanpa didorong- dorongpun ia akan berupaya untuk mencari cara untuk mengatasi persoalan tata kekurangan yang dirasakannya. Orang yang berkeinginan melakukan perubahan perlu berusaha untuk memicu dan membangkitkan kebutuhan perubahan itu pada diri guru-guru. Ia pun tidak boleh bertindak sebagai orang yang serba tahu dalam mengubah kelakuan guru. Hendaknya ia sebanyak mungkin melibatkan guru dalam proses perubahan  itu. Ia dapat bersama guru merumuskan masalah yang dihadapi yang akan dipecahkan bersama, mencari hipotesis atau alternatif, mengumpulkan data, mengambil keputusan, serta menguji-cobakan dan mengevaluasinya. Perubahan hendaknya disertai pengalaman yang kongkret. Dalam  proses itu perlu selalu diusahakan komunikasi yang terbuka, sehingga guru-guru bebas mengemukakan pendapatnya. la juga harus memposisikan dirinya dengan tepat dalam memandang guru: apakah sebagai orang yang kurang terdidik yang memerlukan latihan; makhluk psikologis yang dapat dibujuk; sebagai makhluk ekonomis yang harus diberi insentif dan uang; sebagai pegawai yang dapat dipaksa agar patuh; sebagai seorang profesional yang bertanggung jawab atas mutu profesinya; atau sebagai mahluk rasional yang dapat diajak berpikir dalam memecahkan masalah bersama.
Guru adalah  tokoh utama dalam  kelasnya. Metode yang meniadakan peranan guru dan terutama didasarkan atas bahan yang telah tersusun, tidak akan diterima guru dengan senang hati. Orang yang berperan sebagai pengubah kurikulum harus dapat bekerja sama, serta mempengaruhi orang dan memberi inspirasi. Ia harus mempunyai sensitivitas sosial, terbuka terhadap pikiran orang lain dan perubahan. Ia harus seorang profesional, tetapi tetap rendah hati dan tidak memamerkan diri.

Proses Perubahan dan Pengembangan Kurikulum 3


Bagaimana terjadinya perubahan

Menurut para ahli sosiologi, perubahan terjadi dalam tiga fase. Fase pertama, inisiasi, yaitu taraf permulaan ide perubahan itu dilancarkan, dengan menjelaskan sifat, tujuan, dan cakupan perubahan yang ingin dicapai. Kedua, fase legitimasi, yaitu ketika orang mulai menerima suatu perubahan. Ketiga, fase kongruensi, sewaktu orang mengadopsi perubahan tersebut dan menyamakan pendapatnya selaras dengan pikiran para pencetus, sehingga tidak terdapat perbedaan nilai lagi antara penerima dan pencetus perubahan.
Kesamaan pendapat dapat dibangun dengan menggunakan berbagai cara. Diantaranya melalui pemberian  motivasi, janji kenaikan gaji atau pangkat, memperoleh kredit, serta bersikap ramah, akrab, sabar, pengertian, serta mengajak berpatisipasi dan mengemukakan perubahan sebagai masalah yang dipecahkan bersama. Upaya lain yang juga dapat dilakukan misalnya melalui paksaan keras atau halus dengan menggunakan otoritas atau indoktrinasi. Namun demikian, perubahan akan lebih berhasil, apabila dari pihak guru merasa memerlukan perubahan itu, sehingga timbul hasrat untuk memperbaiki diri demi kepentingan bersama.
Perubahan yang terjadi atas paksaan dari pihak atasan, biasanya tidak dapat bertahan lama. Perubahan itu akan cepat luntur dan hanya diikuti secara formal dan lahiriah belaka. Menjadikan perubahan sebagai masalah, melibatkan semua yang terlibat dalam perumusan masalah, pengumpulan data, menguji alternatif, dan selanjutnya mengambil kesimpulan berdasarkan percobaan, dianggap akan lebih mantap dan meresap daiam hati guru. Akan tetapi, cara ini biasanya memerlukan waktu yang tak sebentar dan tenaga yang cukup banyak. Belum lagi, munculnya keinginan agar penerapan perubahan itu seragam pada semua sekolah. Akibatnya, perubahan itu sering dijalankan secara otoriter, indoktrinatif, serta mengabaikan kemampuan guru untuk berpikir sendiri dan menempatkan mereka hanya sebagai penerima perubahan saja. Cara ini efisien, namun dalam  jangka panjang tidak efektif. Bila ada perubahan atau pengembanngan baru, biasanya hal-hal positif yang sudah lama ditinggalkan akan sirna tanpa bekas.

Proses Perubahan dan Pengembangan Kurikulum 2


Perubahan dan pengembangan

Perubahan  tak selalu sama dengan pengembangan, akan tetapi pengembangan selalu mengandung  perubahan. Pengembangan berarti meningkatkan nilai atau mutu. Perubahan adalah pergeseran posisi, kedudukan atau keadaan, yang mungkin membawa perbaikan, akan tetapi dapat juga memperburuk keadaan. Anak yang mula-mula tak mengenal ganja, dapat berubah menjadi anak yang mengenalnya lalu terlibat dalam kejahatan. Perubahan di sini tidak membawa perbaikan. Namun demikian, pada umumnya niat perubahan dimaksudkan untuk menjadikan perbaikan.
Pengembangan selalu dikaitkan dengan penilaian. Pengembanngan diadakan untuk meningkatkan nilai. Pada suatu ketika kurikulum sepenuhnya dipusatkan pada anak, tetapi kemudian disadari pula bahwa anak tak dapat hidup terlepas dari masyarakat. Disadari bahwa dalam kurikulum tak dapat diutamakan hanya satu aspek saja, akan tetapi semua aspek: anak,masyarakat, maupun pengetahuan, secara berimbang.

Proses Perubahan dan Pengembangan Kurikulum 1


Makna perubahan kurikulum

Bila kita bicara tentang perubahan kurikulum, kita dapat bertanya dalam arti apa kurikulum digunakan?. Kurikulum dapat dipandang sebagai buku atau dokumen yang digunakan guru sebagai pegangan dalam proses belajar- mengajar. Kurikulum dapat juga dilihat sebagai produk yaitu apa yang diharapkan dapat dicapai siswa dan bagaimana proses mencapainya. Kurikulum dapat juga diartikan sebagai sesuatu yang hidup dan berlaku selama jangka waktu tertentu dan perlu direvisi secara berkala agar tetap relevan dengan perkembangan jaman.
Kurikulum pun dapat ditafsirkan sebagai kenyataan yang terjadi di dalam kelas. Kurikulum dalam arti ini tak mungkin direncanakan sepenuhnya, serinci-rincinya, karena interaksi di dalam kelas selalu timbul hal-hal yang spontan dan kreatif yang tak selalu dapat diramalkan sebelumnya. Dalam konteks seperti ini, guru memiliki peluang yang lebih besar untuk menjadi pengembang kurikulum bagi kelas yang diasuhnya. Maka, kurikulum dapat dipandang sebagai cetusan  jiwa pendidik yang berusaha untuk mewujudkan cita- cita, nilai- nilai yang  tertinggi dalam perilaku anak- didiknya. Kurikulum ini sangat erat hubungannya dengan kepribadian guru.

Kurikulum yang  formal  relative  lebih terbatas daripada kurikulum yang riil. Kurikulum riil bukan sekadar dari  buku  pedoman, melainkan segala sesuatu yang dialami anak di dalam dan di luar  kelas,  termasuk ruang olah raga, warung sekolah, tempat bermain, karyawisata, dan banyak kegiatan lainnya. Kurikulum riil berkaitan dengan keseluruhan kehidupan anak sepanjang bersekolah. Mengubah  kurikulum dalam  arti yang luas ini jauh lebih pelik, sebab menyangkut banyak  variabel. Perubahan kurikulum di sini berarti mengubah semua yang terlibat di dalamnya, yaitu guru sendiri, murid, kepala sekolah, penilik, orang tua, dan masyarakat yang berkepentingan dengan pendidikan sekolah. Ini berarti perubahan kurikulum adalah perubahan sosial atau curriculum change is a social change.

Peran Pengembangan Kurikulum

1. Peran konservatif
Kurikulum mempunyai peran konservatif, yakni kurikulum berperan sebagai salah satu instrumen untuk mengkonservasikan kebudayaan suatu bangsa. Tanpa kurikulum yang baik, kebudayaan suatu bangsa bisa sirna dalam sekejap karena tidak ada institusi yang melestarikannya. Dengan mencantumkannya dalam kurikulum, kebudayaan suatu bangsa diharapkan dapat diwariskan kepada
generasi berikutnya sehingga anak cucu bangsa tersebut minimal mengetahui adanya kebudayaan nenek moyangnya.


2. Peran kritis dan evaluatif
Kurikulum juga memiliki peran kritis dan evaluatif. Maksudnya, kurikulum dapat dengan kritis menilai dan mengevaluasi keberadaan kebudayaan nenek moyangnya untuk mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam kebudayaan tersebut. Apabila dipandang ada unsur-unsur kebudayaan yang kurang baik, misalnya, maka generasi berikutnya dapat memilah- milah mana unsur kebudayaan yang dapat diterapkan dan dilestarikan, dan mana unsur kebudayaan yang dapat diabaikan karena kurang sesuai dengan perkembangan jaman.

3. Peran kreatif
Kurikulum juga mengemban peran kreatif. Maksudnya, kurikulum harus mampu menciptakan kreasi-kreasi baru dalam kaitannya misalnya, dengan kebudayaan yang berkembang dalam masyarakat sehingga kebudayaan tersebut lebih sesuai dengan perkembangan jaman dan tuntutan masyarakatnya.

Hakikat Pengembangan Kurikulum


Kurikulum disusun agar dunia pendidikan dapat  memenuhi tuntutan yang berkembang dalam masyarakat. Jika masyarakatnya berubah, maka kurikulumnya juga harus ikut berubah. Jika kurikulum tidak berubah, maka sebuah layanan pendidikan hanya akan menghasilkan produk didik yang mandul, yang pada akhirnya akan ditinggal-kan oleh masyarakat sebagai salah satu stakeholder
pendidikan.
Secara teoritis, pengembangan kurikulum dapat terjadi kapan saja sesuai dengan kebutuhan. Salah satu kebutuhan yang harus diperhatikan dalam kurikulum adalah pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Semua itu hendaknya tercermin dalam kurikulum dalam setiap jenjang pendidikan yang ada. Munculnya undang- undang baru membawa implikasi baru terhadap paradigma dalam dunia pendidikan. Kondisi yang terjadi saat ini dan antisipasi terhadap keadaan masa yang menuntut perbagai penyesuaian dan perubahan kurikulum yang digunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan pendidikan.

Hakikat dan Prinsip Pengembangan Kurikulum


Pendahuluan

Bahwa kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan tertentu. Oleh karena itu, setiap ada perubahan tujuan atau faktor lain yang mempengaruhi tercapainya tujuan, kurikulum pun akan mengalami perubahan. Mengingat kondisi masyarakat yang selalu berubah, maka kurikulum harus luwes untuk mengalami penyesuaian sesuai dengan perkembangan dan tuntutan masyarakatnya. Perubahan yang dimaksudkan di sini diharapkan perubahan yang menuju pada pengembangan, bukan sebaliknya.  Mengingat kondisi masyarakat yang selalu berubah, maka kurikulum harus luwes untuk mengalami penyesuaian sesuai dengan perkembangan dan tuntutan masyarakatnya. Perubahan yang dimaksudkan disini diharapkan perubahan yang menuju pada pengembangan. Kurikulum sebenarnya kurikulum memiliki dua kegiatan yang saling terkait, yaitu pengembangan dan pembinaan kurikulum. 

Pengembangan kurikulum merupakan kegiatan untuk menghasilkan kurikulum, sedangkan pembinaan merupakan kegiatan pelaksanaan dan pemantauan pelaksanaannya. Fungsi pengembangan kurikulum adalah menghasilkan kurikulum, sedangkan pembinaan berfungsi untuk mempertahankan dan menyempurnakan kurikulum yang sudah ada supaya hasilnya maksimal. Dilihat dari sifatnya, pengembangan bersifat konseptual, sedangkan pembinaan bersifat material. Subunit 1 membahas konsep dasar pengembangan kurikulum, dan Subunit 2 akan menjelaskan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum. Melalui sajian pada kedua subunit ini, diharapkan dapat:

1. menjelaskan hakikat pengembangan kurikulum;
2. menjelaskan fungsi dan peranan pengembangan kurikulum;
3. menjelaskan asas-asas pengembangan kurikulum; serta
4. menjelaskan prinsip pengembangan kurikulum.

loading...